UANG MENUNJANG CINTA

Diandra duduk di salah satu cafe untuk makan siang bersama kakak lelakinya, Rio. Dengan bosan Diandra memandang sekelilingnya sambil menunggu makanan yang dipesannya. Kakanya, Rio sama sekali tidak mengajaknya berbicara karena sibuk dengan handphonenya dan itu malah membuat Diandra tambah bosan. Tiba-tiba sebuah topik pembicaraan singga di otak Diandra, topik yang baru dibicarakan bersama teman-temannya saat melihat sebuah sinetron di televisi.

“Kak..” Panggil Diandra pada Rio yang masih asyik dengan handphonenya.

“Hm?” Guman Rio tapi pandangannya masih tertuju pada benda segi empat datar ditangannya.

“Kakak, aku mau tanya sesuatu.” Kata Diandra dengan nada merengek karena sang kakak tidak benar-benar menghiraukannya.

“Tanya aja, kakak dengar kok.” Jawab Rio santai sambil meletakan hanpdhone nya di atas meja café dan melanjutkan games yang sedang dimainkannya membuat Diandra memutar matanya kesal.

“Kalau kakak disuruh memilih, kakak pilih cinta atau uang?”

“Heh?” Rio mempause kan game yang sedang dimainkannya setelah mendengar pertanyaan macam apa yang ditanyakan oleh adiknya yang baru berumur 16 tahun itu.

“Jawab kak,” tuntut Diandra.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Dapat dari mana pertanyaan begitu, umur masih enam belas tahun juga nanya-nanya soal begitu,” kata Rio sambil geleng-geleng kepala.

“Umur enam belas udah dewasa kak, lagian tema sinetron sekarang kan rata-rata itu. Di mana semuanya rata-rata memilih cinta dari pada uang kata mereka uang tidak bisa membeli cinta. Jadi aku penasaran kalau kakak pilih yang mana?” Tanya Diandra dengan menggebu.

“Itu pilihan yang lumayan sulit, cinta dan uang sama-sama penting. Hm tapi aku akan memilih uang.” Jawab Rio dan kembali fokus dengan game yang tadi ditelantarkannya.

“Heh? Serius kakak bakal milih uang,” kata Diandra dengan nada kaget, pasalnya Diandra tadi sungguh yakin Rio bakal memilih cinta dari pada uang, secara Rio itu selalu memprioritaskan keluarga dan orang yang dia sayang diatas segalanya bahkan uang. Jangan bertanya Diandra tahu dari mana, itu berkat segala hal yang dialaminya dengan sang kakak.

“Kenapa kayak kamu kaget dengar jawaban kakak?” Tanya Rio akhirnya karena tidak mendengar suara apapun dari adiknya itu.

”Siapa juga yang gak kaget mendengar kenyataan seorang Kak Rio yang baik hati ternyata seorang yang matre, sungguh kak seperti kata pepatah jangan menilai orang dari luarnya itu benar. Kakak bukti hidupnya,” kata Diandra.

“Heh matre?” Tanya Rio bingung dengan perkataan Diandra.

“Itu kakak memilih uang, artinya kakak matre.” Kata Diandra dengan nada kesal.

Rio yang mendengar tuduhan dari Diandra hanya bisa menggelengkan kepala. Hanya karena Rio memilih uang bukan berarti dia matre kan. Kalau tidak sayang adik satu-satunya ini, sudah dijitak kepala adiknya karena menyimpulkan yang tidak-tidak.

“Memilih uang bukan berarti matre, Dra.” Kata Rio memandang adiknya gemas.

“Kalau bukan matre terus apa dong namanya, jelas-jelas kakak milih uang gitu. Padahal cinta lebih berharga dari pada uang kak. Cinta kan gak bisa dibeli, karena cinta itu murni.” Kata Diandra yang mengutip kata-kata yang didapatkannya di televisi.

“Kau kebanyakan nonton sinetron. Kakak milih uang bukan karena kakak matre atau suka uang atau apapun yang ada di benak kamu. Kakak milih uang karenang uang itu yang menunjang cinta.” Jelas Rio sambil memandang Diandra.

“Menunjang cinta gimana kak? Uang gak bisa membeli cinta loh, mau seberapa banyak pun uang yang kakak punya.” Diandra menatap galak pada Rio.

Rio menghela nafas malas berdebat dengan adiknya dan sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada Rio, makanan pesanan mereka datang. Rio bersyukur jadi tidak perlu menjelaskan hal yang pastinya berujung debat dengan Diandra yang keras kepala. Tapi sepertinya diandra belum mau menyerah, karena ketika Rio baru akan memakan nasi capcay miliknya suara Diandra mengitrupsi acara makannya.

“Kak, kakak belum jawab pertanyaan aku tadi. Uang bisa menunjang cinta itu maksudnya apa? Coba jelasin dulu,” kata Diandra tanpa tertarik dengan nasi capcay yang belum tersentuh didepannya.

“Makan dulu, Dra.” Ucap Rio mencoba mengalihkan perhatian Diandra.

“Nanti kalau kakak udah selesai jelasin maksud yang tadi dulu.” Diandra menggelengkan kepalanya tanda tidak mau menuruti perkataan kakaknya.

“Kita bahas pas selesai makan aja, oke. Gak enak makanan dibiarin lama-lama.” Rio mencoba merayu Diandra.

“Janji ya? Jelasin pokoknya gak mau tau.”

“Iya nanti kakak jelasin,” kata Rio menyerah dengan kekeraskepalaan Diandra.

Dan setelah Rio berjanji Diandra mulai menyantap makan siangnya dengan cepat supaya bisa segera mendengar penjelasan Rio. Rio yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala dan mulai melahap makanannya dengan santai. Saking santai nya Diandra mulai menatap tajam Rio supaya cepat menyelesaikan makannya dan hanya dibalas senyum oleh Rio tanpa mempercepat kunyahannya. Membuat Diandra menginjak kaki kakaknya dengan penuh sayang yang mau tidak mau membuat Rio mendelik.

Hei diinjak itu sakit kalau kalian mau tahu, dan dari pada merasakan injakan maut dari sang adik tercinta lagi Rio memilih memakan dengan cepat. Bahkan saking cepatnya tidak pakai acara kunyah tapi langsung telan.

“Bisa gak jangan pakai acara injak-injak kaki.” Kata Rio kesal.

“Salah siapa makan lelet kayak siput, nah karena kakak ku tersayang udah selesai makan ayo jelasin yang tadi.” Tuntut Diandra dengan wajah sumeringah.

“Ck.. Baiklah tadi kau bilang cinta gak bisa dibeli walaupun uang yang ditawarkan berapapun kan?” Tanya Rio mulai serius.

“Iya bisa dilihat di sinetron-sinetron banyak yang milih kawin lari dengan orang yang dicintainya yang gak punya apa-apa dari pada di nikahi sama orang yang banyak uangnya.”

“Kalau dengan logika sebenernya kata uang gak bisa membeli cinta itu salah. Eits.. Jangan potong ucapan kakak dulu,” kata Rio saat melihat gelagat adiknya bakal menyela ucapannya.

“Coba kamu pikir pacar kamu datang ke rumah pasti bawa kendaraan kan? Kendaraan itu butuh bahan bakar, bahan bakar belinya pakai apa? Pasti pakai uang kan bukan pakai cinta. Terus kalau mau ngapel kamu pasti bawa macem-macem kan kayak martabak, cokelat beli nya pakai apa? Pakai uang juga kan. Terus kalau kalian keluar makan, pasti dia yang bayar kan, bayarnya pakai uang juga kan bukan daun pisang apalagi cinta. Benar gak?” Tanya Rio

“Eh iya juga sih,” kata Diandra sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Emang cinta itu gak bisa dibeli tapi kita menunjang cinta kalau gak pakai uang juga gak akan berhasil. Soalnya kan mau beli hadiah mau ngajak jalan semuanya perlu biaya alias uang.”

“Tapi kak, aku walau pacar aku gak ada uang gak maksa dibeliin macam-macam. Karena kata orang cinta itu susah senang sama-sama, jangan pas senang nya sama-sama terus pas dia gak ada uang aku tinggalin.” Kata Diandra membela diri.

“Iya sekarang, nanti kalau kamu udah mulai kerja dan mencari pasangan hidup. Kamu pasti bakal mikir uang itu sangat diperlukan. Menikah aja butuh uang, coba cuma berdasar cinta sedangkan suami kamu gak ada kerjaan tetap. Oke kalau pas resepsi nanti biaya dibantu oleh keluarga besar nah seterusnya kamu gak mungkin kan bergantung sama orang tua kan. Kalian kan udah punya keluarga sendiri, masa nanti numpang tinggal terus makan sama orang tua. Ditambah minta uang belanja lagi apa gak malu?” Tanya Rio.

“Malu sih kak, tapi kan itu masih lama. Aku juga belum kepikiran sampai segitunya.” Jawab Diandra sambil cemberut.

“Makanya kakak bilang kamu masih kecil udah nanya-nanya soal itu. Mending belajar sana yang rajin main cinta-cintaan aja sewajarnya tahu mana batas. Terus jangan banyak nuntut ini itu udah tahu pacaran sama sebaya yang masih sekolah masih minta uang dari orang tua.” Nasehat Rio sambil tersenyum dan mengusap rambut Diandra.

“Iya kak, lagian aku gak pernah minta aneh-aneh apa lagi yang mahal kok sama pacar.” Ucap Diandra bangga.

“Iya gak sama pacar tapi kamu mintanya sama kakak kan,” kata Rio yang selalu merelakan sebagian uang gajinya untuk permintaan Diandra.

“Kan kak Rio, kakak aku.” Ucap Diandra senang.

“Ck, kalau gitu ayo pulang. Lama-lama disini nanti kamu minta yang aneh-aneh.” Kata Rio sambil berjalan keluar cafe dan Diandra mengikuti sambil menahan tawa.

Diandra mengetahui hal baru hari itu, uang memang tidak bisa membeli cinta tapi uang bisa menunjang seseorang mendapatkan dan membahagiakan orang yang dicintai.

oOo

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetensi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh http://www.cekaja.com dan Nulisbuku.com